Rabu, 13 Februari 2013

Ja'far bin Abi Thalib


Ja'far bin Abi Thalib
kisah teladan sahabat nabi

        “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya!” (al-Ahzab: 56)
                Ada lima orang keturunan Abdi Manaf yang sangat mirip dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang yang tidak jeli, terkadang susah membedakannya. Di antara kelima orang tersebut ialah Ja’far bin Abi Thalib, saudara kandung Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Dialah Sayyidul Asy-Syuhada, pemimpin para mujahidin, Abu Abdillah anak paman Rasulullah bin Abdul Mutthalib bin Hasim bin Abdi Manaf Al-Quraisy.
           Ja’far bi abi thalib merupakan putera dari Abu Thalib (paman dari nabi Muhammad S.A.W). Ja’far di besarkan oleh pamannya, Abbas bin Abdul MUthalib, karena ayahnya yang miskin harrus menghidupi keluarga yang besar. Ia seorang yang gagah, tampan, berwibawa. Warna kulitnya yang cerah bercahaya, kelemah-lembutannya yang sopan santun, kebaikannya yang rendah hati dan kasih sayang, serta kebersihan hidup dan kesucian jiwanya, semua itu memperlihatkan kepada kita betapa miripnya jasmani dan perangainya dengan Rasulullah saw. Pada dirinya juga bertemau pokok kebaikan dan keutamaan. Ia diberi gelar oleh Rasulullah saw sebagai “bapak si miskin.”  Berbeda dengan saudara-saudara Quraisy-nya yang lain yang rata-rata kaya raya dan merupakan kalangan bangsawan terkemuka. Abu Thalib yang merupakan paman nabi justru hidup kekurangan. Namun meski kurang mampu, Abu Thalib memiliki keluarga yang sangat besar sehingga ia kesulitan untuk menafkahi semua anggota keluarganya. Apalagi ketika Makkah didera kekeringan hebat yang membuat banyak orang kelaparan.
Pada saat kekeringan hebat itulah, Muhammad -- sebelum menjadi Rasul Allah -- berkata kepada pamannya yang lain, yaitu Abbas, untuk membantu kehidupan keluarga Abu Thalib. Bersama Abbas, Muhammad mengambil alih sebagian tanggungan Abu Thalib atas keluarganya. Abu Thalib pun setuju dan merelakan anaknya diasuh oleh Muhammad dan Abbas. Muhammad mengambil Ali bin Abi Thalib sebagai tanggungannya, sementara Abbas mengambil Jafar bin Abi Thalib bersamanya. Anak yang lain, Aqeel, tetap diasuh Abu Thalib.     
Ketika pada awal-awal tahun ke delapan hijriah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkehendak ingin mengirim pasukan untuk memerangi Romawi, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai komandan. Beliau bersabda, “Kalau Zaid terbunuh, maka yang menggantikannya ialah Ja’far bin Abi Thalib. Jika ia terbunuh, maka yang menggantikannya ialah Abdullah bin Rawahah. Dan jika Abdullah terbunuh, maka biarlah kaum muslimin memilih bagi mereka sendiri.” Kemudian beliau memberikan bendera berwarna putih kepada Zaid bin Hartisah. Berangkatlah pasukan pasukan ini. Ketika telah sampai di daerah Mu’tah, kaum muslimin mendapatkan orang-orang Romawi telah siap dengan jumlah yang sangat banyak. Yaitu dua ratus ribu tentara. Merupakan jumlah yang sangat besar. Jumlah sebegitu besar tidak pernah ditemui oleh kaum muslimin sebelumnya. Sementara jumlah kaum muslimin hanya tiga ribu orang. Ketika dua pasukan ini telah berhadapan, peperanganpun mulai berkecamuk, hingga Zaid bin Haritsah gugur sebagai sahid. Begitu melihat Zaid jatuh tersungkur, bergegas Ja’far melompat dan mengambil bendera, dan menyusup ke barisan musuh sambil melantunkan syair:
Wahai… alangkah dekatnya surga
Yang sangat lezat dan dingin minumannya
Romawi yang telah dekat kehancurannya
Wajib bagiku menghancurkannya apabila menemuinya.
Mulailah ia berputar-putar memporak-porandakan barisan musuh sehingga terputus tangan kanannya. Segera ia ambil bendera itu dengan tangan kirinya, kemudian terputus pula tangan kirinya

masih banyak kisah para sahabat nabi yang dapat kita jadikan contoh dalam kehidupan kita, selengkapnya  silahkan baca disini 


1 komentar:

  1. postingan yang bagus gan, oh iya visit balik ya gan http://adab--agama-kita.blogspot.com/

    BalasHapus