Ja'far bin Abi Thalib
“Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya!”
(al-Ahzab: 56)
Ada
lima orang keturunan Abdi Manaf yang sangat mirip dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Orang yang tidak jeli, terkadang susah membedakannya. Di antara kelima orang
tersebut ialah Ja’far bin Abi Thalib, saudara kandung Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Dialah Sayyidul
Asy-Syuhada, pemimpin para mujahidin, Abu Abdillah anak paman Rasulullah bin
Abdul Mutthalib bin Hasim bin Abdi Manaf Al-Quraisy.
Ja’far
bi abi thalib merupakan putera dari Abu Thalib (paman dari nabi Muhammad
S.A.W). Ja’far di besarkan oleh pamannya, Abbas bin Abdul MUthalib, karena
ayahnya yang miskin harrus menghidupi keluarga yang besar. Ia seorang yang
gagah, tampan, berwibawa. Warna kulitnya yang cerah bercahaya,
kelemah-lembutannya yang sopan santun, kebaikannya yang rendah hati dan kasih
sayang, serta kebersihan hidup dan kesucian jiwanya, semua itu memperlihatkan
kepada kita betapa miripnya jasmani dan perangainya dengan Rasulullah saw. Pada
dirinya juga bertemau pokok kebaikan dan keutamaan. Ia diberi gelar oleh
Rasulullah saw sebagai “bapak si miskin.”
Berbeda dengan
saudara-saudara Quraisy-nya yang lain yang rata-rata kaya raya dan merupakan
kalangan bangsawan terkemuka. Abu Thalib yang merupakan paman nabi justru hidup
kekurangan. Namun meski kurang mampu, Abu Thalib memiliki keluarga yang sangat
besar sehingga ia kesulitan untuk menafkahi semua anggota keluarganya. Apalagi
ketika Makkah didera kekeringan hebat yang membuat banyak orang kelaparan.
Pada saat kekeringan hebat itulah, Muhammad -- sebelum menjadi Rasul Allah -- berkata kepada pamannya yang lain, yaitu Abbas, untuk membantu kehidupan keluarga Abu Thalib. Bersama Abbas, Muhammad mengambil alih sebagian tanggungan Abu Thalib atas keluarganya. Abu Thalib pun setuju dan merelakan anaknya diasuh oleh Muhammad dan Abbas. Muhammad mengambil Ali bin Abi Thalib sebagai tanggungannya, sementara Abbas mengambil Jafar bin Abi Thalib bersamanya. Anak yang lain, Aqeel, tetap diasuh Abu Thalib.
Pada saat kekeringan hebat itulah, Muhammad -- sebelum menjadi Rasul Allah -- berkata kepada pamannya yang lain, yaitu Abbas, untuk membantu kehidupan keluarga Abu Thalib. Bersama Abbas, Muhammad mengambil alih sebagian tanggungan Abu Thalib atas keluarganya. Abu Thalib pun setuju dan merelakan anaknya diasuh oleh Muhammad dan Abbas. Muhammad mengambil Ali bin Abi Thalib sebagai tanggungannya, sementara Abbas mengambil Jafar bin Abi Thalib bersamanya. Anak yang lain, Aqeel, tetap diasuh Abu Thalib.
Ketika pada awal-awal tahun ke
delapan hijriah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkehendak ingin mengirim pasukan untuk memerangi Romawi, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai komandan. Beliau bersabda, “Kalau Zaid
terbunuh, maka yang menggantikannya ialah Ja’far bin Abi Thalib. Jika ia
terbunuh, maka yang menggantikannya ialah Abdullah bin Rawahah. Dan jika
Abdullah terbunuh, maka biarlah kaum muslimin memilih bagi mereka sendiri.” Kemudian
beliau memberikan bendera berwarna putih kepada Zaid bin Hartisah. Berangkatlah
pasukan pasukan ini. Ketika telah sampai di daerah Mu’tah, kaum muslimin
mendapatkan orang-orang Romawi telah siap dengan jumlah yang sangat banyak.
Yaitu dua ratus ribu tentara. Merupakan jumlah yang sangat besar. Jumlah
sebegitu besar tidak pernah ditemui oleh kaum muslimin sebelumnya. Sementara
jumlah kaum muslimin hanya tiga ribu orang. Ketika dua pasukan ini telah
berhadapan, peperanganpun mulai berkecamuk, hingga Zaid bin Haritsah gugur
sebagai sahid. Begitu melihat Zaid jatuh tersungkur, bergegas Ja’far melompat
dan mengambil bendera, dan menyusup ke barisan musuh sambil melantunkan syair:
Wahai…
alangkah dekatnya surga
Yang sangat lezat dan dingin minumannya
Romawi yang telah dekat kehancurannya
Wajib bagiku menghancurkannya apabila menemuinya.
Yang sangat lezat dan dingin minumannya
Romawi yang telah dekat kehancurannya
Wajib bagiku menghancurkannya apabila menemuinya.
Mulailah ia berputar-putar memporak-porandakan barisan musuh
sehingga terputus tangan kanannya. Segera ia ambil bendera itu dengan tangan
kirinya, kemudian terputus pula tangan kirinya
masih banyak kisah para sahabat nabi yang dapat kita jadikan contoh dalam kehidupan kita, selengkapnya silahkan baca disini
postingan yang bagus gan, oh iya visit balik ya gan http://adab--agama-kita.blogspot.com/
BalasHapus